Kyai Setan Kobar dulunya adalah keris milik Sunan Kudus. Pangeran Muknin, putra mahkota kesultanan Demak berusaha mencuri keris pusaka Kyai Setan Kobar. Sunan Kudus mengajak Sedolepen bersama-sama mengejar Pangeran Mukmin untuk mengambil kembali keris pusakanya yang dicuri oleh Pangeran Mukmin. Sedolepen yang sedang menggendhong anak lelakinya segera berlari mengejar Pangeran Mukimin lebih cepat meninggalkan Sunan Kudus. Sedolepen mengejar Pangeran Mukmin sampai ke Bengawan (Sungai) Sore. Ketika terjadi perkelahian, Sedolepen tertusuk oleh keris pusaka kyai setan kobar. Tapi darah Sedolepen ketika tertusuk keris pusaka itu muncrat ke mata Pangeran Mukmin, menyebabkan mata Pangeran Mukmin buta.. Pangeran Mukmin yang tak bisa melihat lagi membiarkan keris pusaka Kyai Setan Kobar tertancap di tubuh Sedolepen.
Sedolepen yang tertusuk keris pusaka mati di tepian Bengawan Sore. Sementara Pangeran Mukmin menggapai-gapai mencari jalan pulang.
Sunan Kudus yang baru saja sampai di Bengawan Sore mendapati Sedolepen sudah mati di Bengawan Sore.. dan anak lelakinya temangsang (nyangkut) di rerantingan pohon di Bengawan Sore. Sunan Kudus mencabut keris pusaka dari dada Sedolepen dan membawa anak lelaki Sedolepen pulang. Sunan Kudus menamai anak lelaki Sedolepen, Aryo Penangsang.
Setelah Aryo Penangsang besar, keris Kyai Setan Kobar dipegang oleh Haryo Penangsang. Ketika terjadi perselisihan dengan Sultan Pajang Hadi Wijaya, Haryo Penangsang menggunakan keris itu untuk mencoba membunuh Sultan Hadi Wijaya. Tapi keris pusaka itu malah membunuh Haryo Penangsang sendiri. Haryo Penangsang menjadi tumbal senjatanya sendiri.
